nusakini.com - Dalam sebuah hadis disebutkan, barangsiapa yang suka mengafirkan orang lain, sejatinya ia sendiri telah kafir. Secara eksplisit hadis tersebut menekankan agar jangan sampai menuduh orang lain sebagai kafir. Sayangnya, ada sebagian kelompok yang kerap menjustifikasi kelompok lain sebagai kafir, bahkan tak jarang pula menuduh pemahaman yang berbeda sebagai sesat.

• Indonesia, Malaysia, dan Nigeria Teken MoU Kerja Sama Pengelolaan Wakaf
• World Zakat and Waqf Forum 2024 Hasilkan 15 Resolusi, Dukung Hak Palestina
• Cegah Kawin Anak, Penyuluh Agama Banyuwangi Rutin Bina Siswa SMA Kontributor
• Terbanyak, Tiga Dosen UIN Bandung Lolos Program IFEX di Universiti Utara Malaysia
• PKUB Matangkan Sistem Peringatan Dini Konflik Sosial Berdimensi Keagamaan

Pengasuh Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Rembang KH Maimun Zubair atau yang akrab disapa Mbah Maimun mengingatkan kepada umat Islam agar tidak mudah mengafirkan orang lain. menurut Mbah Maimun, Kafir atau tidaknya seseorang yang berhak menilai hanyalah Allah SWT, bahkan apabila seseorang  sibuk mencari kesalahan orang lain, maka sikap tersebut dapat menyebabkan hati menjadi keras dan sulit menerima kebenaran dari orang lain.

“Sampean (kalian) ini jangan main hukum kafir begitu saja, wong sampean saja belum pasti masuk surga. Ngapain ngurusi orang lain,” ujar Mbah Maimun.

Kiai yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU) tersebut memilih arif dalam menyikapi orang yang berbuat dosa. Menurut Mbah Maimun, sebagai umat muslim, sebaiknya tidak memberikan stigma negatif kepada orang yang berbuat dosa, namun memberikan nasihat atau berdoa kepada Allah agar orang tersebut mendapat ampunan dari Allah SWT. Menurut Mbah Maimun, orang yang berdosa sekalipun, masih ada harapan mendapatkan rahmat dari Allah berupa ampunan-Nya.

“Orang berdosa itu: yaghfiri liman yasyaa’ wa yuaddzibu man yasyaa’. Kalau Allah mengampuni, ya masuk surga, kalau tidak diampuni ya masuk neraka,” pungkas Mbah Maimun. (b/ma)